16 April 2008

Poligami? Memangnya siapa aku ini?

Ada berita menarik kemarin, muncul dari pemberitaan seputar rencana pernikahan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. Beliau menyatakan: Segeralah Menikah, Kalau Sudah Punya Jangan Nambah (detikcom 15/04/2008 18:15 WIB). Bagi saya ini sangat menarik.

Topik poligami memang seolah tidak akan pernah kehilangan daya tarik untuk dibahas. Saya tidak merasa berkompeten bicara soal dalil - karena saya baru mampu berdalih. Namun saya menemukan satu tulisan yang dalam kacamata awam saya cukup obyektif. Tulisan di Suara Merdeka ini ditulis oleh Abdulllah Faqih seorang Mahasiswa S2 Interdisciplinary Islamic Studies, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
.

Menurut Abdullah, Ada dua kosa kata dalam Alquran yang merujuk konsep keadilan. Pertama, qashata dan 'adala. Istilah pertama (qashata) lebih menunjuk keadilan yang bersifat formal-material, sedangkan istilah kedua ('adala) lebih merujuk keadilan maknawi (psikologis) yang menyangkut kualitas perasaan cinta, kasih sayang, perhatian dan lain-lain.

Alloh menyatakan dalam An-Nisa 129 bahwa: "Falan tashtathi'u 'an ta'dilu baina al-nisa' walau haratstum (engkau tidak akan mampu berbuat adil atas perempuan meski engkau berusaha keras untuk itu).
(Selengkapnya di teks tersebut).

Saya menjadi teringat pada satu puisi yang dulu banyak beredar di milis-milis. Isinya tentang seorang suami yang merasa menjadi matahari, yang harus membagi sinarnya tidak hanya untuk bumi, tetapi juga planet-planet lain. Untuk itu dia minta pengertian kepada istrinya untuk berpoligami.

Apa jawab istrinya? Iya sih kalau benar kau adalah matahari. Tapi cobalah bercermin, bukankah engkau hanya bagaikan lilin kecil menyala remang-remang di sudut kamar?

Penutup tulisan Abdullah Faqih tersebut kembali mengingatkan
untuk ada baiknya kita merujuk pada salah satu hadis Nabi tentang keinginan Ali bin Abi Thalib memadu Fatimah yang dilarang oleh Nabi, karena hal ini hanya akan membuat ketidakadilan dan self-depriation.

Kalau seorang Ali bin Abi Thalib saja dicegah oleh Nabi, kalau seorang Hidayat Nur Wahid saja memilih hanya satu istri, apalagi hamba ini? Memangnya siapa saya ini? Merasa bisa adil seandainya berpoligami? Jauh panggang dari api, begitu kata para bijak bestari.

Bagaimana dengan Anda? Mangga silakan berpandangan sendiri-sendiri.

(Tulisan ini adalah pandangan pribadi, tidak dalam kerangka mempersoalkan pandangan orang lain).


14 April 2008

Penyegaran Avian Influenza

Assalamualaikum,

Tanggal 3 April 2008 kemarin, saya ditugaskan untuk ikut mengisi materi pada Workshop Penyegaran AI, DHF, TBC dan HIV di Ruang Flamboyan RSUD Dr Moewardi Surakarta (RSDM). Peserta workshop adalah para dokter rumah sakit dan puskesmas di wilayah Solo Raya.

Saya mendapat porsi diagnosis laboratorium untuk AI. Saat ini metode diagnosa pasti AI bertumpu pada teknik hibridisasi dengan RT-PCR (maupun yang real-time RT-PCR). Disamping itu, tentu dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penapis pada tahap awal, sebelum sampai ke diagnosa pasti. Untuk diagnosa pasti ini, RSDM masih harus mengirimkan sampel ke Litbangkes di Jakarta. Hasilnya - melalui komunikasi intensif sesama laboratorium sambil menunggu informasi resmi dari Depkes - kami terima paling cepat dalam 2 x 24 jam. Durasi ini dihitung sejak pengiriman sampel melalui jasa pengiriman barang khusus.

Dalam Sistem Nasional Penanganan AI, RSDM termasuk dalam 1 dari 44 (belakangan bertambah menjadi 56) RS rujukan untuk penanganan AI. Dalam hal diagnosa laboratorium, RSDM termasuk dalam status RS Rujukan Regional. Untuk itu, kami mendapatkan seperangkat peralatan diagnostik. Guna memenuhi standar, kami telah membangun ruang laboratorium sesuai standar Depkes dengan kualifikasi BSL-2 yang bekerja dalam tingkatan BSL-3 (BSL adalah Bio-Safety Level dari tingkatan 1 yang paling rendah sampai tingkatan 4).

Dengan tingkatan tersebut, diharapkan nanti RSDM akan mampu melakukan sendiri pemeriksaan pasti kasus AI. Memang sebagian sampel tetap akan dikirimkan ke Litbangkes dalam kerangka supervisi dan akreditasi laboratorium. Tapi dalam waktu yang sama, kami berharap bisa melakukan pemeriksaan sendiri. Dengan cara ini, diagnosa pasti AI akan bisa kami tegakkan dalam waktu <12 jam. Makin cepatnya penegakan diagnosa ini, tentu positif bagi penanganan kasus-kasus AI.

Kami mohon doa dan dukungannya, semoga mimpi itu segera terwujud. Amin.

Terima kasih dan Wassalam.

(foto-foto pendukung akan saya tambahkan kemudian).

11 April 2008

Dalil? Saya hanya berdalih...

(Di bawah ini adalah curahan hati saya, isinya pribadi, tetapi ingin saya bagi. Siapa tahu bisa menjadi cermin bagi yang membacanya. Bila ada yang merasa tersinggung, mohon maaf, semua itu tidak dalam kerangka masalah pribadi dengan Anda).

Assalamualaikum,

Hmm, sekedar cerita ya ... Jaman SMP dan SMA dulu, saya lumayan aktif di kegiatan remaja masjid. Biasanya tugas saya ikut mengurusi kegiatan pengajian, dari mengurusi ustadz/ustadzah pengisi materi, menyusun acara dan mengatur protokoler saat kegiatan berlangsung. Kalau di TPA, saya paling senang kalau ditugasi mendongeng untuk anak-anak peserta TPA. Pernah juga ikut mengurusi Mading Masjid. Tulisan yang paling berkesan bertajuk "Santri Modern". Kalau di kemah anak-anak Islam, tugas saya mengatur dan mengisi acara api unggun/malam kreatifitas. Hmm, that was really sweet memories.

Namun bertahun-tahun kemudian, saya tenggelam dalam kebimbangan. Yah, ringkasnya saya menjadi merasa jauh dari Alloh. Situasi seperti itu, sungguh, tidak menyenangkan. Ada ragu, ingin mengatur hidup, tapi juga tak segera bergerak maju, malah alih-alih semakin menjauh. Ada bimbang, merasa bersalah, tetapi tak kunjung sanggup menang berperang melawan godaan. Begitulah, ibaratnya itulah masa-masa gelap saya ...

Saya tahu, mungkin ada beberapa episode dalam masa-masa itu, yang entah bagaimana saya menyinggung, mengecewakan, bahkan menyakiti beberapa orang. Saya tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi, saya tidak bisa menghapus kesalahan yang pernah saya lakukan. Saya hanya sanggup mohon maaf untuk semua itu. Semoga Anda membuka pintu maaf untuk saya. Namun kalau memang kesalahan saya tak termaafkan, saya hanya bisa memasrahkan kepada Alloh, apa yang akan terjadi nanti harus saya hadapi.

Sekarang, ujian berat sedang melanda saya. Hal yang sekian lama saya berusaha pertahankan, melewati serangkaian benturan berat, nampaknya tidak sanggup lagi saya pertahankan. Ini semua menyadarkan saya, betapa saya ternyata tidak banyak berdaya. Tidak seperti keyakinan saya dulu yang merasa sanggup mengatasi semua kemungkinan. Ternyata saya harus terjatuh dan menyerah.

Saya tersentak, dan tidak ada pilihan lain, saya harus berubah, membuka lembaran hidup baru. It's now or never...

Alhamdullilah, sejak beberapa minggu lalu, saya meniatkan diri mengikuti Kajian Tafsir Qur'an setiap Jumat Subuh dan Hadis setiap Minggu Dhuhur. Wah, isinya membuat saya selalu tersipu-sipu malu. Betapa saya begitu jauh meninggalkan jalan lurus ... Ulasan demi ulasan, mengingatkan saya akan hal-hal yang sebenarnya sudah saya kuasai dulu, tetapi lama kemudian saya telah melupakannya. Saya niatkan juga puasa Daud, untuk membantu saya mengendalikan diri.

Pagi ini, Ustadz pengasuh kajian membahas bahwa salah satu ciri setan/iblis adalah selalu mengelak dengan berbagai alasan, berbagai dalil untuk menolak suatu perintah dari Alloh. Saya tersipu malu, karena dalam diri saya sendiri ternyata ciri itu ada. Betapa selama ini saya selalu berusaha mencari pembenaran atas suatu kesalahan saya. Yah, itulah aku, baru tersadarkan ketika datang ujian berat...

Setelah kajian, saya sampaikan ke Ustadz bahwa saya sebenarnya tidak pernah berdalil ketika mengelak dari suatu kewajiban. Saya hanya punya dalih .... Lebih parah ternyata ya ...

Ustadz cukup bijak, mengatakan bahwa pintu tobat tidak pernah tertutup bagi yang masih mau berusaha. Semoga Alloh masih membuka pintu bagi hamba yang sekian lama hilang ini...

Wassalam,

02 April 2008

Nada sou sou

(Lagu ini saya persembahkan untuk anak saya Pita... Di bening matamu, aku menangis ....)

Nada sou sou

Furui arubamu meguri, arigatoutte tsubuyaita
Itsumo itsumo mune no naka, hagemashite kureru hito yo
Hare wataru hi mo, ame no hi mo, ukabu ano egao
Omoide tooku asete mo
Omokage sagashite, yomigaeru hi wa, nada sou sou

Ichiban hoshi ni inoru, sore ga watashi no kuse ni nari
Yuugure ni miageru sora, kokoro ippai anata sagasu
Kanashimi ni mo, yorokobi ni mo, omou ano egao
Anata no basho kara watashi ga
Mietara, kitto itsuka, aeru to shinji, ikite yuku

Hare wataru hi mo, ame no hi mo, ukabu ano egao
Omoide tooku asete mo
Samishikute, koishikute, kimi e no omoi, nada sou sou
Aitakute, aitakute, kimi e no omoi, nada sou sou

[English version]

Tears for you

Turning the pages of old photographs
I whisper thanks to each and every one
Deep in my heart you have come, come to live
Sure as the sun to see me through

Come rain or shine however the day may be
You shelter me with your smile
However far your memories may fade
Traces of you I hope to find
Then you appear and I drown in my own tears

I wish on a star, the first star of the night
You’ll find me here every evening of the year
Twilight approaches as I look to the sky
Searching for you with all of my heart

In grief and joy I long for you and your smile
Hoping you feel the way I do
If only you could find me from where you are
I do believe somewhere in time
I do believe I will see you once again

Come rain or shine however the day may be
You shelter me with your smile
But as each memory of you fades away
I’m so alone longing for you
You’re on my mind as I drown in my own tears

Missing you so I’m missing you so
You’re on my mind as I drown in my own tears

Ingin mendengarkan? Japanese or English (YouTube).