04 November 2008

Pindah rumah

Assalamualaikum,

Tidak ada yang abadi di dunia ini - tentu Tuhan di atas semuanya - kecuali perubahan itu sendiri. Seiring dengan perubahan jalan hidup yang saya hadapi sekarang, rumah saya pun pindah. Tentu saja, banyak hal yang harus berubah. Ragu, bimbang, bingung, gamang dan merasa tersendat, itu sudah pasti mengiringi. Tapi bagaimanapun, hidup harus terus berjalan.

Rumah blog ini pun akan mengikuti pula, untuk ikut berpindah ke tempat yang baru. "Lahan" baru ini dikemas dan dikelola oleh institusi UNS Solo. Harapannya, semua staf akan aktif menampilkan dirinya untuk berinteraksi secara terbuka. Seperti juga pindah rumah, rasa ragu, bimbang, bingung dan gamang akan menerpa saat membuka komunikasi ini. Namun, dari keterbukaan itu pula, banyak peluang bisa diraih. Tapi, itu semua kembali ke kita semua: penulis/pemilik blog dan para pembacanya. 

Ayo, ayo, ayo .... Rumah Dokter berpindah ke rumah baru di Blog Staf UNS: tonang.staff.uns.ac.id  Mohon doanya, semoga kepindahan ini memberi dorongan semangat baru untuk makin aktif menulis lagi. Terima kasih ....

Wassalam.

05 May 2008

Sumber energi kehidupan ...

Assalamualaikum,

Pelajaran hidup yang saya peroleh dalam 5 tahun terakhir ini, rumah dan keluarga adalah sumber energi hidup yang sebenarnya. Ungkapan "Rumahku adalah surgaku" memang benar adanya. Energi melimpah dari rumah, akan menjadi bekal berharga menghadapi hidup penuh tantangan di luar rumah. Kendali diri, gejolak emosi dan rasa perih di hati, akan teredam dengan kesejukan siraman bahagia di rumah dan keluarga.

Namun, ungkapan itu akan berlaku juga sebaliknya "Rumahku adalah nerakaku". Alih-alih siraman penyegar energi yang diraih, justru sebaliknya energi makin terkuras habis di rumah. Akibatnya, hidup penuh tantangan dan godaan di luar rumah, harus dihadapi dengan energi yang terlanjur kering. Ibarat ranting dan daun kering, hanya selapis tipis jaraknya dari risiko terbakar oleh percikan api yang kecil sekalipun.

Lebih berat lagi, kalau percikan-percikan kecil itu pelan-pelan, sejengkal demi sejengkal, terus menggerogoti. Tinggal akhirnya tanpa sadar, bangunan itu sudah begitu keropos, hingga tiupan angin lembutpun bisa meruntuhkannya. Saat itu, tinggalah sesal yang selalu datang terlambat. Dan, ketika lutut tak kuasa lagi melangkah, ketika jatuh terduduk, bersimpuh tertunduk, barulah hati terbuka mengingat kuasaNya. Percayalah, jangan pernah membayangkan harus berada di posisi seperti itu.

Semoga Alloh membuka pintu hidayahNya, mengampuni dosa dan kesalahanku, serta memberi kesempatan bagiku belajar memasukinya lagi, meski dengan kunci yang terlanjur pernah kupatahkan.* Amin.

Wassalam,


* Sedikit meminjam lirik lagu Ebiet G Ade

02 May 2008

Please forgive me, my daughter, forget me not ...

Putriku, maafkan aku tidak bisa selalu hadir di sisimu ... (Mei 2008)

.... Your children need your presence more than your presents ... (Jeese Jackson)

Semoga Alloh senantiasa menyertai langkah kita dengan hidayahNya ...

... While we try to teach our children all about life, our children teach us what life is all about ... (Angela Schwindt)

Jangan lupakan aku Putriku ... Amin ...

16 April 2008

Poligami? Memangnya siapa aku ini?

Ada berita menarik kemarin, muncul dari pemberitaan seputar rencana pernikahan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. Beliau menyatakan: Segeralah Menikah, Kalau Sudah Punya Jangan Nambah (detikcom 15/04/2008 18:15 WIB). Bagi saya ini sangat menarik.

Topik poligami memang seolah tidak akan pernah kehilangan daya tarik untuk dibahas. Saya tidak merasa berkompeten bicara soal dalil - karena saya baru mampu berdalih. Namun saya menemukan satu tulisan yang dalam kacamata awam saya cukup obyektif. Tulisan di Suara Merdeka ini ditulis oleh Abdulllah Faqih seorang Mahasiswa S2 Interdisciplinary Islamic Studies, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
.

Menurut Abdullah, Ada dua kosa kata dalam Alquran yang merujuk konsep keadilan. Pertama, qashata dan 'adala. Istilah pertama (qashata) lebih menunjuk keadilan yang bersifat formal-material, sedangkan istilah kedua ('adala) lebih merujuk keadilan maknawi (psikologis) yang menyangkut kualitas perasaan cinta, kasih sayang, perhatian dan lain-lain.

Alloh menyatakan dalam An-Nisa 129 bahwa: "Falan tashtathi'u 'an ta'dilu baina al-nisa' walau haratstum (engkau tidak akan mampu berbuat adil atas perempuan meski engkau berusaha keras untuk itu).
(Selengkapnya di teks tersebut).

Saya menjadi teringat pada satu puisi yang dulu banyak beredar di milis-milis. Isinya tentang seorang suami yang merasa menjadi matahari, yang harus membagi sinarnya tidak hanya untuk bumi, tetapi juga planet-planet lain. Untuk itu dia minta pengertian kepada istrinya untuk berpoligami.

Apa jawab istrinya? Iya sih kalau benar kau adalah matahari. Tapi cobalah bercermin, bukankah engkau hanya bagaikan lilin kecil menyala remang-remang di sudut kamar?

Penutup tulisan Abdullah Faqih tersebut kembali mengingatkan
untuk ada baiknya kita merujuk pada salah satu hadis Nabi tentang keinginan Ali bin Abi Thalib memadu Fatimah yang dilarang oleh Nabi, karena hal ini hanya akan membuat ketidakadilan dan self-depriation.

Kalau seorang Ali bin Abi Thalib saja dicegah oleh Nabi, kalau seorang Hidayat Nur Wahid saja memilih hanya satu istri, apalagi hamba ini? Memangnya siapa saya ini? Merasa bisa adil seandainya berpoligami? Jauh panggang dari api, begitu kata para bijak bestari.

Bagaimana dengan Anda? Mangga silakan berpandangan sendiri-sendiri.

(Tulisan ini adalah pandangan pribadi, tidak dalam kerangka mempersoalkan pandangan orang lain).


14 April 2008

Penyegaran Avian Influenza

Assalamualaikum,

Tanggal 3 April 2008 kemarin, saya ditugaskan untuk ikut mengisi materi pada Workshop Penyegaran AI, DHF, TBC dan HIV di Ruang Flamboyan RSUD Dr Moewardi Surakarta (RSDM). Peserta workshop adalah para dokter rumah sakit dan puskesmas di wilayah Solo Raya.

Saya mendapat porsi diagnosis laboratorium untuk AI. Saat ini metode diagnosa pasti AI bertumpu pada teknik hibridisasi dengan RT-PCR (maupun yang real-time RT-PCR). Disamping itu, tentu dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penapis pada tahap awal, sebelum sampai ke diagnosa pasti. Untuk diagnosa pasti ini, RSDM masih harus mengirimkan sampel ke Litbangkes di Jakarta. Hasilnya - melalui komunikasi intensif sesama laboratorium sambil menunggu informasi resmi dari Depkes - kami terima paling cepat dalam 2 x 24 jam. Durasi ini dihitung sejak pengiriman sampel melalui jasa pengiriman barang khusus.

Dalam Sistem Nasional Penanganan AI, RSDM termasuk dalam 1 dari 44 (belakangan bertambah menjadi 56) RS rujukan untuk penanganan AI. Dalam hal diagnosa laboratorium, RSDM termasuk dalam status RS Rujukan Regional. Untuk itu, kami mendapatkan seperangkat peralatan diagnostik. Guna memenuhi standar, kami telah membangun ruang laboratorium sesuai standar Depkes dengan kualifikasi BSL-2 yang bekerja dalam tingkatan BSL-3 (BSL adalah Bio-Safety Level dari tingkatan 1 yang paling rendah sampai tingkatan 4).

Dengan tingkatan tersebut, diharapkan nanti RSDM akan mampu melakukan sendiri pemeriksaan pasti kasus AI. Memang sebagian sampel tetap akan dikirimkan ke Litbangkes dalam kerangka supervisi dan akreditasi laboratorium. Tapi dalam waktu yang sama, kami berharap bisa melakukan pemeriksaan sendiri. Dengan cara ini, diagnosa pasti AI akan bisa kami tegakkan dalam waktu <12 jam. Makin cepatnya penegakan diagnosa ini, tentu positif bagi penanganan kasus-kasus AI.

Kami mohon doa dan dukungannya, semoga mimpi itu segera terwujud. Amin.

Terima kasih dan Wassalam.

(foto-foto pendukung akan saya tambahkan kemudian).